Wednesday, October 15, 2014

Pro-Kontra Etika dalam Politik

Penggunaan etika dalam politik selama ini menimbulkan pro dan kontra di berbagai pihak. Berikut adalah argumen mereka yang kontra dan pro tentang penerapan etika dalam politik. 

a.Kontra
Mereka yang kontra skeptis terhadap relevansi etika dalam politik, seperti banyak pernyataan yang terkenal yaitu:
  • “Morality has nothing to do with politics.” 
  • “Ethics and politics are poor bedfellows.”
  • “Morality in politics means naivety and naivety is dangerous: it underestimates difficulties and conflicts, it prefers not to believe in cruelty or wrath.
  • “Even worse, in political matters, ethical considerations can but compound problems, worsen processes, derail policies; they are rarely part of solutions.”
  • “There are many men of principle in both parties in America, but there is no party of principle.” Alexis de Tocqueville (1805-1859)
  • “In order to become the master, the politician poses as the servant." Charles de Gaulle (1890-1970)
  • “We hang the petty thieves and appoint the great ones to public office.” Aesop (6th century BCE)
  • “Good laws have their origins in bad morals.” Ambrosius Macrobius (5th century CE)

b.Pro
  • “One should not undervalue human beings.” Jakob Kellenberger (former President, International Committee of the Red Cross).
  • “Politics is war without bloodshed, while war is politics with bloodshed.” Mao Zedong (1893-1976). 
  • “There are in mankind more to be admired than despised.” Albert Camus (1913-1960)

Karena adanya pihak pro dan kontra dalam penerapan etika dalam politik ini, maka Benoit Girardin memetakan 4 (empat) kelompok utama posisi pro dan kontra etika dalam politik: 

1.Skeptis : memiliki keraguan yang kuat untuk menerapkan etika dalam politik, meskipun itu baik. Amoral.

2.Sinis : menyatakan sebagai prinsip bahwa etika tidak hanya tidak relevan tapi juga menghancurkan politik. Immoral.

3.Moralis : menyoroti nilai-nilai etika yang ideal sebagai tujuan untuk setiap politik dan menerapkannya dalam bentuk normatif, atau paling tidak mampu menginspirasi.

4.Pragmatis : menerapkan etika sebagai kemungkinan nilai tambah untuk politik dan melihat kasus per kasus apakah itu benar atau tidak.

Sumber Benoit Girardin. 2012. “Globethics.net Focus 5 BenoĆ®t Girardin, Ethics in Politics”. Genewa: Globethics.Net.

No comments:

Post a Comment