Saturday, July 5, 2014

Manajemen Networking [Resume]

Membangun Prosedur Baru
Strategi yang ditujukan dalam dimensi sosial dapat berguna untuk mengatasi situasi fiksasi kognitif dalam kebijakan jaringan. Fiksasi kognitif sendiri bisa berupa konflik karena perbedaan nilai, masalah, tujuan dan solusi. Untuk mengatasi situasi fiksasi kognitif ini tidak cukup hanya dengan menawarkan solusi baru, karena itu tidak akan terlalu berguna. Meningkatkan kesepakatan para aktor dalam prosedur justru sebuah cara yang mampu mengurangi potensi konflik atas isu-isu dan masalah substantif yang dibicarakan. Sehingga dengan membuat para aktor lebih fokus pada prosedur dapat mencegah terciptanya situasi fiksasi kognitif.

Sebagai contoh dalam mengatasi masalah fiksasi ini adalah kasus Bandara Schiphol di Belanda. Sampai pada pertengahan tahun 1980-an pengelolaan area bandara ini tidak terkordinasi dengan baik. Akibatnya pemerintah kota memberikan izin pembangunan perumahan yang kemudian mengalami peningkatan gangguan suara sebagai dampak dari perluasan bandara Schiphol. Meningkatnya gangguan suara itu menyebabkan perluasan bandara mengalami masalah karena batas minimal dan maksimal gangguan suara sudah diatur oleh pemerintah. Untuk mengatasi hal itu, atas inisatif Menteri Perumahan, Perencanaan Spasial dan Lingkungan membentuk sebuah kelompok proyek untuk mendiskusikan lebih lanjut pembangunan Bandara Schiphol dan daerah sekitarnya. Kelompok proyek ini terdiri dari perwakilan Kota Amsterdam, Haarlemmermeer, Provinsi Holland Utara serta beberapa menteri. Pada awalnya semua aktor ini merasa skeptis bahwa masalah ini dapat diselesaikan, sebab ada pikiran bahwa ekonomi dan lingkunan tidak akan pernah bisa berdamai. Tetapi karena pada saat itu tidak ada alternatif lain dalam mengatasi masalah tersebut, maka mereka tetap ikut dalam kelompok proyek tersebut. Pembentukan kelompok proyek ini adalah satu langkah awal dalam interaksi dan tawar-menawar yang akhirnya pada tahun 1990 menghasilkan sebuah rencana aksi bersama yang tertuang dalam perjanjian yang melibatkan semua aktor dalam kelompok tersebut. Rencana ini menunjukkan kemauan masing-masing aktor untuk beradaptasi dengan kepentingan dan pilihan aktor lainnya. Sehingga dengan jalan ini lingkungan juga menjadi bagian dari rencana strategis manajemen Bandara Schiphol. 

Contoh diatas tersebut memberi kita gambaran jelas bahwa para aktor setuju dengan prosedur terlebih dahulu sebelum setuju dengan isinya. Prosedur disitu adalah ikut dalam kelompok proyek untuk kemudian baru setuju pada isinya. Dengan kata lain untuk menghindari fiksasi kognitif, maka membuat para aktor untuk setuju dalam sebuah prosedur lebih penting daripada setuju dengan isinya terlebih dahulu. Meskipun pada awalnya semua aktor tersebut belum bisa membuat perhitungan biaya dan keuntungan dari keikutsertaannya di kelompok proyek tersebut. Namun seiring dengan proses debat dan pemilihan solusi yang mungkin digunakan, mereka mulai dapat menghitung dan menerima biaya dan keuntungan dari hasil yang dikeluarkan oleh kelompok proyek.

Penggunaan prosedur baru dalam mengatasi masalah jaringan harus dilakukan dengan sangat berhati-hati. Jika para aktor itu merasa prosedur tersebut tidak adil dan tidak efisien, maka mereka akan memblok komunikasi tentang masalah yang justru menjadi substansi permasalahan. Selain itu dalam penanganan prosedur ini tidak boleh sampai ada aktor yang keluar dari proses yang berlangsung, jika tidak maka kemungkinan besar akan terjadi fiksasi kognitif. 

Menecegah Pengeluaran Aktor
Strategi ini ditujukan untuk mengelola variasi sosial dalam proses interaksi. Jika ada aktor secara sistematis dikeluarkan dari proses kebijakan, ini akan menghasilkan fiksasi kognitif.

Untuk memastikan hal itu tetap terbuka terhadap semua aktor, manajer persepsi harus selalu peduli tentang bahaya dari fiksasi. Untuk mengantisipasi keluarnya aktor dari proses kebijakan, manajer dapat menginisiasi tentang peraturan debat yang harus dipatuhi semua aktor. Perhatian khusus harus diberikan terhadap kecenderungan para aktor untuk mengeluarkan para lawan, kritik dan hal-hal yang dapat membuat berita buruk terhadap interaksi lebih lanjut.

Contoh dari exclusion aktor dalam sebuah proses kebijakan adalah kasus Pasport di Belanda. Tahun 1983 pemerintah Belanda memutuskan untuk mengenalkan sistem pasport baru dalam rangka memerangi pemalsuan dan mematuhi panduan Uni Eropa. Kementerian yang bertanggung jawab adalah Kementerian Urusan Luar Negeri yang lebih mengutamakan sistem terpusat. Pilihan ini ditentang oleh Kementerian Dalam Negeri dan kota-kota yang ada. Namun bagaimanapun, Kementerian Luar Negeri mampu mengeluarkan lawan-lawannya (Kementerian Dalam Negeri dan kota-kota) dari arena pengambilan kebijakan dengan memberi perintah untuk membangun sistem yang terpusat kepada konsorsium perusahaan swasta. Dengan terburu-buru karena ingin memenangkan politik birokrasi ini, Kementerian Luar Negeri mengambil resiko yang ada. Dengan mengurangi variasi ide dan aktor dalam proses kebijakan, Kementerian Luar Negeri membuat dirinya tergantung kepada rekan swasta barunya. Ketika rekanan ini ternyata tidak mampu dalam membangun sistem pasport terpusat yang memenuhi standar Pemerintah Belanda, proyek ini menghasilkan kegagalan total. Akhirnya tahun 1989 proyek ini dihentikan setelah parlemen menyeledikinya.

No comments:

Post a Comment